Hanya aku yang tahu isi hatiku…

Posts tagged “kisah sukses

Laa Tahzan Adikku…

Sudah beberapa hari ini teman adikku, sebut saja Ardhy, menginap di rumahku. Tak ada yang special darinya ketika bertemu pertama kali. Yah, aku akui dia memang tampan, tapi sayang…jalan hidupnya tidak seberuntung wajahnya.

Pagi ini disaat seisi ruma sibuk menyiapkan kebutuhan untuk memulai aktifitas, sayup-sayuo kudengar suara tangis si Mushala rumahku. ‘Siapa gerangan yang tersedu-sedu?’ fikirku. Bukan adikku, ibuku, atau ayahku, karna aku mengenal mereka, bahkan desahan nafasnya. Kuintip sedikit kearah mushala, Deg…! Ardhy…

Dia tersujud diatas sajadah sambil menangis tersedu-sedu. Ah, Ardhy…andai aku dapat meringankan sedikit beban hidupmu.

Aku mengetahui semuanya dari adikku, sebut saja Firman.
“Kasian teh, uang beasiswanya belum turun. dia ga punya uang. ga tau besok-besok gimana.”

Bukan hanya itu ternyata yang membuat gurat diwajahnya terlihat dewasa karna telah menghadapi segudang ujian yang belum tentu aku mampu melaluinya.Sejak dulu, dia memang tak pernah terlihat bersenang-senang seperti remaja lainnya. Hanya ibu yang dia punya di dunia ini, sedangkan keinginannya untuk melanjutkan sekolah sangat besar…sejak SMA, disaat teman-temannya tidur di kasur kosan yang empuk dengan segala fasilitasnya, dia harus puas beralaskan karpet mesjid sekolah. ya…dia memang tinggal di mesjid sekolah selama masa SMA. Tak ada simpanan yang bisa dia gunakan untuk menyewa kos-kosan. di hari libur,dia terpaksa harus menerima belas kasih teman-temannya yang mengajak menginap di rumah mereka. Setidaknya dia merasa ada didalam sebuah keluarga saat itu, walau itu semua semakin membuatnya sedih. Hidupnya memang bergantung pada beasiswa. Kini…berkat kerja kerasnya mampu mendapat beasiswa di Institut ternamadi Indonesia, ITB. Namun belum cukup ternyata penderitaannya. hingga kini, uang beasiswanya pun belum turun, padahal hidupnya terus berjalan.

Ah, Ardhy…mungkin hujan terus menerus membasahi masa lalu dan masa sekarang hidupmu, namun aku yakin awan gelap itu akan segera bergeser digantikan cahaya matahari yang akan menerangi masa depanmu. Pasti…!!! Teruslah berjuang Ardhy, walau tak pernah kau minta, aku akan selalu menjadi kakak dalam setiap doa-doaku. Untukmu…


Negri 5 Menara

Penulis : A. Fuadi

Pernah mendengar judul buku ini? mungkin sebagian besar orang pernah mendengar, bahkan sudah membacanya berkali-kali. Ini salah satu buku yang kubaca dalam 4 bulan ini.

Buku ini mengisahkan pengalaman hidup penulis di sebuah pondok yang bernama “Pondok Madani”. Orang lebih mengenal pondok ini dengan Gontor, begitupun Aku.

Ada kalimat favorit dalam buku ini yang membuatku selalu bersemangat dan lebih positif menatap masa depanku “Man Jadda Wajada…!” siapa yang bersungguh-sungguh, akan berhasil. Bukan pertama kalinya aku mendengar kalimat itu, namun setelah membaca buku negri 5 menara, kalimat itu bagai kalimat ajaib yang baru kudengar dan mampu menyetrum semangatku.

Bukan hanya itu, kegiatan-kegiatan yang digambarkan dalam buku ini, benar-benar membuatku iri dan membawaku melayang ke beberapa tahun silam. Keinginanku masuk pesantren sangat kuat saat itu, tapi apalah daya Tuhan memberikan jalan lain yang mungkin lebih baik untukku.

Ilahi lastu lilfirdausi ahla,
Walaa aqwa ‘ala naaril jahiimi,
Fahabli taubatan waghfir dzunubi,
Fainaka ghafirudz-dzanbil ‘adzimi…

potongan syair Abu Nawas yang tertulis dalam buku ini membuatku menitikan air mata…
Ah…entah sudah berapa lama aku tak menyadari betapa banyak dosa-doaku, bagai butir pasir dipantai yang takkan pernah habis dikeruk.

Mungkin karna aku jarang mendengar syair ini dilantunkan di mesjid dekat rumahku, kecuali bulan Ramadhan, itupun hanya sore hari menjelang buka. Ah…kemana saja aku selama ini?

Satu hal lagi yang aku suka dari buku ini, A. Fuadi benar-benar bisa mengajariku arti “Iklas”…yang hingga sesaat sebelum membaca buku ini sangat sulit kupraktekan. Fiuh…benar-benar buku yang membuatku sadar betapa banyak kekuranganku sebagai seorang muslim.

Ini adalah buku yang kusarankan untuk dibaca. Dan kalian akan berterima kasih kepadaku karna telah menyarankannya…Selamat membaca…yang ga punya bukunya, BELI…!!! hehehe…promosi gratis.


Dr. Hery Margono

Seorang teman pernah berkomentar di salah satu artikelku.

aku kadang-kadang iri, kalau ngeliat orang lain S2, coz aku ngga kesampean kesana…hmmmmmm
mungkin anak ku nanti yang bisa menembus kesana, bahkan lebih…..”

Mendengar itu aku langsung teringat satu-satunya dosen favoritku di kelas, Dr. Hery Margono.

Bukan karna ketampanannya yang membuatku kagum padanya (scara udah bapak-bapak, setampan apapun ga ngaruh kayaknya. Hehe…), tapi karna perjuangan hidupnya yang membuatku sadar begitu banyak asset dari diriku yang belum termanfaatkan secara optimal, begitu seringnya aku berputus asa padahal usahaku belum maksimal.

Menurut cerita Dr. Hery…ayahnya seorang dalang di kampung. Beliau meninggal sejak Dr. Hery menduduki bangku kelas II SMA. Semenjak itu mau tidak mau dia harus membiayai sekolahnya sendiri, atau putus sekolah sama skali. Itulah hidup…selalu dihadapkan pada pilihan.

Akhirnya dia hijrah ke Jakarta dengan mimpi bisa kuliah, karna kedua kakaknya ada di Jakarta.

Sesampainya di Jakarta, bukan kuliah yang didapat, tapi Dr. Hery harus membiayai hidupnya karna kehidupan dua orang kakaknya pun pas-pasan., tapi mimpinya untuk melanjutkan kuliah tidak pernah putus. Uang pertamanya yaitu 8000 rupiah dari hasil penulisan biografi Mieke Wijaya (kalau tidak salah). Lumayan untuk membiayai hidupnya saat itu, tapi tetap saja tidak bisa menyisihkan untuk persiapan biaya kuliah.

Tahun pertama di Jakarta, dia masih belum bisa berkuliah. “Saya selalu menangis ketika melihat orang-orang kuliah”, begitu katanya dengan mimik sedih.

Tapi karna keinginannya begitu besar untuk kuliah, dia tidak putus asa. Dia mencoba menciptakan inovasi. Dia bekerja sama dengan sebuah percetakan untuk memproduksi buku tulis dengan cover artis (sebagai fotografer, dia memang memiliki banyak kenalan artis pada saat itu). Akhirnya dari produksi buku tersebut dia mendapatkan keuntungan yang lumayan, hingga dia bisa mendaftar kuliah dan membiayainya sendiri. Hhh…sungguh perjuangan yang luar biasa kurasa….

Sesaat aku berfikir, apa yang membuatnya bisa sesukses ini? Memiliki perusahaan advertising yang iklannya sering kita lihat di televisi. Padahal kalau diteliti lagi, dia bukan satu-satunya orang yang memiliki semangat tinggi untuk menggapai mimpi, dia bukan satu-satunya orang yang memiliki rasa optimis yang tinggi. Banyak orang yang smangat hidupnya tinggi dan tidak mudah putus asa, tapi toh hidupnya tetap biasa saja.

2 kali aku kuliah dengannya, dua kali pula aku menyadari bahwa dia selalu bersemangat mengajar dan selalu memasang senyum dibibirnya. Membuat atmosfir kelas begitu menyenangkan. Dia tak pernah marah atau memasang tampang kecewa (seperti dosen lain) didepan kami. Sungguh bijaksana melebihi umurnya kufikir…

Tanpa sengaja aku melihat kearah jamaah yang sedang shalat dzuhur, ada Dr. Hery disitu. Selepas shalat, dia lalu melaksanakan shalat sunat sedangkan yang lain langsung bubar. Mmmm….ada yang lain, kataku dalam hati. Kurasa itu semua yang membuatnya beda dari orang lain di mata Allah.

Hhh…semoga aku bisa mengikuti jejakmu Pak….Pasti Bisa…!!!

Untuk Kang Inin…ini bukan keseluruhan cerita tentang beliau. Masih banyak yang belum kuceritakan dan begitu menginspirasi hidupku dalam seketika. Tidak ada yang tak bisa diraih dalam hidup ini jika kita punya mimpi dan mau berjuang mendapatkannya. Semoga kang Inin pun terinspirasi, juga semua orang yang membaca artikel ini. Smangat…!!!

NB : Dia juga wartawan loh dulunya.